gambar gerak

https://plus.google.com/101019258936658013862/posts/dTDmrjMCAQJ

Senin, 02 April 2018

souljah

Profil Band Souljah Indonesia
Profil Band Souljah Indonesia
Souljah adalah salah satu sebuah grup musik di Indonesia bergenre Reggae. Band ini membawakan lagu mereka dengan musik aliran Jamaika.

  • Perjalanan Karier

    Berawal dari teman satu kampus di Universitas Indonesia, Souljah terbentuk dengan tidak sengaja untuk mengisi waktu luang di antara masa penantian pergantian mata kuliah. Tanpa disadari band ini terbentuk menjadi band yang serius dengan ikut berbagai festival dan juga pergelaran musik di Jakarta. Dengan bergulirnya waktu dan perubahan personel, maka pada tahun 2005 band ini mengeluarkan album perdana mereka di bawah label yang mereka bentuk dan dirikan besama yaitu OFFBEAT MUSIC. Album pertama mereka Breaking the Roots mendapat sambutan hangat dari pecinta musik dan kritikus musik Indonesia. Namun kritik dan saran positif ini tidak menggambarkan keadaan band yang sebenarnya terpuruk dengan tidak baiknya manajemen dan juga label yang mereka bentuk sendiri.

    Di tengah badai internal, Souljah memutuskan untuk tidak berhenti di album pertama yang telah membawa mereka ke dalam industri musik nasional, mereka justru menelurkan album kedua dengan judul BERSAMAMU pada tahun 2007. Album bersamamu membawa Souljah ke sebuah tingkatan baru dalam bermusik. Band yang hanya berkutat di sekitar JABODETABEK ini sekarang merambah daerah yang lebih dalam lagi di Pulau Jawa. Dengan booming-nya lagu Bersamamu dan Ku Ingin Kau Mati Saja di berbagai kalangan terutama anak sekolah.

    Album BERSAMAMU juga telah menjadi album perdana di Indonesia yang menggabungkan audio dan novel di mana semua lagu dalam album ini adalah juga bab per bab dalam novel dengan judul dan sampul yang sama yang diterbitkan oleh GAGAS MEDIA pada tahun yang sama. Walaupun tidak meraih kesuksesan secara finansial, namun Souljah terus melaju di dunia musik nasional dengan kembali menelurkan album pada tahun 2010 dengan judul MESTAKUNG yang artinya adalah semesta mendukung.

    Album ini juga merupakan akhir dari sebuah trilogi album MERAH KUNING HIJAU yang disematkan ke dalam 3 rilisan album yang juga dirilis oleh OFFBEAT MUSIC. Merah di album pertama, Kuning di album kedua, dan Hijau di album ketiga merupakan sebuah konsep art cover yang disematkan oleh personel Souljah dan juga adalah konsep yang kurang lebih mewarnai kehidupan mereka dalam bermusik.

    Breaking the Roots yang berwarna merah ternyata menorehkan banyak penderitaan dan juga kerja keras bagi setiap personel Souljah. Bersamamu yang berwarna kuning membawa band ini ke dalam kemakmuran yang mulai terlihat dari hasil kerja keras mereka selama ini. Album Mestakung yang berwarna hijau memberikan kemakmuran bagi Souljah dan juga label yang mereka dirikan dengan telah memiliki kantor sendiri dari tadinya adalah sebuah kamar tidur yang digunakan untuk kantor.

    Trilogi merah kuning hijau yang telah berakhir tidak berarti menutup daya juang dan kreativitas Souljah dalam bermusik. Berakhirnya trilogi ini maka dimulailah lembaran baru dengan rilisnya album THIS IS SOULJAH yang menggambarkan inilah Souljah yang telah matang dalam banyak hal, tidak hanya bermusik namun dalam kehidupan dan juga kearifan.

    THIS IS SOULJAH menyematkan 17 lagu yang belum pernah dirilis sebelumnya dengan aransemen yang unik dan segar dan tentunya berbeda dengan 3 album sebelumnya yang selalu berisikan 12 lagu. Album ini juga menandakan sebuah era baru untuk Souljah dengan diraihnya berbagai penghargaan seperti BEST JAMAICAN band oleh Majalah HAI pada tahun 2015.
  • Diskografi
    • Breaking The Roots (2005)
    • Bersamamu (2007)
    • Mestakung (2009)
    • This Is Souljah (2014)

bambu rasta

Bambu Rasta

Band asal Cirebon ini berdiri pada 26 Februari 2008. Kenapa namanya BAMBU RASTA? Kita jelaskan pohon BAMBU dulu. Tak pernah kita sadari, ketika melihat tumbuhan, setelah mengamati lebih dalam lagi, “masyallah mas bro”, tumbuhan juga punya arti atau sifat yang benar – benar bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari. Kalau kitanya benar-benar mengamatinya.
Coba lihat & perhatiin pohon bambu, tumbuhnya itu selalu bersama (mengumpul), meskipun batangnya itu berbeda – beda ukuranya, ada yang kecil sampai yang besar, dari yang pendek sampai yang tinggi, itu selalu bersama dan tumbuhnya juga selalu mengumpul & tak berjauhan. Kesimpulan atau arti dari pohon BAMBU tersebut itu bagi kami yaitu simbol “KEBERSAMAAN”
Nah sekarang kita menjelaskan tentang “RASTA“. Banyak pendapat tentang rasta itu, tapi kata rasta menurut Bambu Rasta sendiri yaitu pecinta musik REGGAE yang tidak memandang ras. Ras di sini yang berarti jangan pernahlah membedakan satu sama lain, contohnya dari segi fisik, subkultur ekonominya, martabatnya dsb, karena “Perbedaan“ itu sangat indah & berwarna, jadi kita tuh semua sama dan harus lebih bersatu & damai. Jadi kita mengambil kesimpulan Bambu Rasta yaitu “KEBERSAMAAN TANPA PERBEDAAN“.


Genre Bambu Rasta
Bambu Rasta mengambil genre atau aliran musiknya yaitu “REGGAE GENERATION”. Kenapa mengambil genrenya REGGAE GENERASI? Kami menjelaskan sedikit tentang REGGAE nya waktu masa nya Bob Marley. Reggae sendiri adalah kombinasi musik dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan Blues serta Folk (lagu rakyat) Jamaika. permainan drum diambil dari ritual Rastafarian (upacara adat) yang cenderung mistis dan sakral, karena itu temponya akan lebih kalem. Kata orang Jamaika musik reggae itu lebih mencondong ke ritem yang ‘dibalik’ dan jalinan bass yang menonjol dan bertitik berat pada masalah sosial, politik serta pesan manusiawi.

Nah tapi kalau Bambu Rasta sendiri mengkemas reggaenya itu lebih ke style generasi Bambu Rasta sendiri, lamun bahasa Cirebone (gayae bamburasta dewek), jadi generasi reggaenya nya nggak ke Bob Marley bangetlah. Di sini Bambu Rasta mencoba menggabung-gabungkan atau mengkombinasikan reggae dengan genre lainnya, seperti SKA, ROCKSTEADY, BLUES, JAZZ, ROCK, dan sebagainya. Kenapa kami mencoba seperti itu, “Yah pengen punya identitas aja & supaya lebih berwarna reggaenya, terus biar lebih bersatu juga, antara genre REGGAE dangan genre lain nya, tapi tetep ROOT nya BAMBURASTA itu yang pasti REGGAE“. Selain menggabungkan genre,  Bambu Rasta juga mengemas lyric atau cerita lagunya lebih ke realita yang ada, dari masalah sosial, cinta, politik, pesan manusiawi, dan sebagainya.

Sedikit curhat, ada yang bilang gini ke Bambu Rasta, kok personil  Bambu Rasta nggak ada yang gimbal, katanya reggae? Bagi BAMBURASTA, reggae itu nggak mesti gimbal lah, yang penting cukup “gimbal di hati aja“. Jadi inilah “REGGAE GENERASI BAMBURASTA”. Kita mengambil kesimpulan nya ”walaupun berbeda- beda kita harus bersatu, dan lebih bisa menghormati satu sama lain nya. ”PEACE, LOVE, UNITY, RESPECT.

Personil : 
Vocalis 1 : Uzan
Vocallis 2 : Ikka
Gitaris : Eby
Bassis : Mario
Keyboardist : yandi
Drumer : Jaka
Backing voc : 1. Awod 2. Alin 3. Ijal


Alamat : Desa Suci Kec.Mundu Kab.Cirebon Jawa Barat Indonesia

asian roots

Asian Roots


Mendengar namanya “Asian Roots” atau Akar Asia, sudah tentu brada tau apa itu akar asia, jika brada memang reggaeman sejati. Asian Roots melambangkan sebuah akar pohon besar yang menjadi lambang genre dari musik reggae Asia. Untuk itulah band Asian Roots ini menamai profilnya menjadi Asian Roots.



Profil lengkap Asian Roots ini merupakan sebuah landasan dasar dari bentuk band reggae yang mulai di rancang sejak tahun 1989 an. Namun pada tahun tersebut mereka masih belum begitu konsen bermain musik reggae secara komersial. Profil Asian Root baru mulai di kenal sekitar tahun 1990an dengan Album “Reggae Top Pop”, namun tentunya masih belum sepopuler Tony Q Rastafara atau Steven and Coconuttreez, akan tetapi mereka tetaplah Reggaeman. Asian Roots mulai konsen kepada Musik bergenre reggae ini, karena menurut mereka genre musik reggae mempunyai sebuah kenikmatan tersendiri ketika mereka lantunkan. Hal tersebut membuat jiwa mereka lebih tenang, ujar salah satu personil Asian Roots Ini.


Asian Roots terbentuk dari personil-personil yang masing – masingnya memiliki potensi tersendiri dan dari waktu ke waktu selalu berubah, Asian Roots berawal dari band “Black Company” yang bubar pada tahun 1989, namun managemen mereka membentuk band baru dengan nama baru dan beberapa personil baru, maka terlahirlah band reggae Asian Roots.

Saat itu yang pada awalnya berdiri dengan personil pembentuk Iskandar (drummer), Morgan Sigarlaki (gitar), Ade Hamsah (bass), Robby Maste (keyboard), Hendro (terompet), Ahir Trombon dan Jimmy Ignatio (vocal). 4 tahun berjalan mengarungi dunia reggae indonesia, sekitar tahun 1993, dibentuk lagi band reggae “Asian Force”, pada tahun 1994 “Asian Rasta” dan Tony Q ikut juga sebagai personil. Saat ini nama Asian Roots tidak lagi ada di belantara musik reggae tanah air Indonesia.

Namun, Asian Roots kembali di bentuk pada tahun 2006 dengan personil :
Vokalis Asian Roots : Grace dan Masanies, Ade pada bass, Hensel sang gitaris Asian Roots yang baru, Robby Maste memainkan keyboard, Iye pada perkusi, Dave pada drum dan Hendro pada terompet, yang mana personil baru ini masih eksis sampai sekarang meskipun tidak sepopuler yang lainnya. Nah, bagi brader yang berminat untuk ngumpul-ngumpul bareng bersama senior reggae ini, atau pengen mengundang mereka untuk tampil pada acara brader, bisa menghubungi  managamennya atau mendatangi markas Asian Roots ini di:
Jl. RC. Veteran K-8, Tanah Kusir, Jakarta Selatan

sukir genk

Sukir Genk (Wonogiri)

Band reggae asal Wonogiri ini mengusung lagu dengan lirik bahasa Jawa, dengan genre"Java Rock Reggae". Filosofi "Sukir Genk" sendiri berasal dari kata Sukir yg berartiSyukur dan Genk berarti kumpulan. Jadi Sukirgenk di definisikan sekelompok orang - orang yg bersyukur.
Personelnya terdiri dari :

Erick (vokalis)
Dimas (bassis)
Arif (gitaris)
Bimo (drumer)
Radhit (jimbe)
Yudha (marakas)
 


amentar

Amtenar (Lombok)

Memulai debut band dengan nama OP BOX pada tahun 2007 group band yang terdiri dari WEN (vocal), MOHAN (keyboard), DENNY (guitar), OVI(synthesizer), DIDIT (guitar), IGOR (bass) dan KOES (drum) mengawali langkah mereka di industri musik Indonesia.

Pada awal tahun 2009 group band yang awal berdirinya bernama OP BOX berubah menjadi AMTENAR. Nama AMTENAR sendiri diambil dari bahasa Belanda yang berarti pejabat/pegawai pemerintahan. Dipilihnya nama AMTENAR karena seluruh personilnya berlatar belakang sebagai Pegawai Negeri Sipil di Pemerintahan Kota Mataram. AMTENAR pun berharap perjalanannya menjadi besar dan eksistensinya selalu terjaga ditengah maraknya band baru yang bermunculan di industri musik Indonesia.


Berada di jalur REGGAE AMTENAR menawarkan warna musik dengan lirik yang puitis tetapi tetap mudah dicerna oleh pendengar dan penikmat musik. Warna vocal yang khas, serta aransemen lagu yang menarik menjadi ciri khas yang dapat didengar di setiap materi lagu AMTENAR.

Dengan mengedepankan semangat dan keberanian, serta mencoba aspek keberuntungan dalam industri musik, AMTENAR mencoba masuk ke industri rekaman. White House studio Jogja menjadi pilihan Record Label. Proses rekaman sendiri berlangsung selama 2 bulan penuh di OP BOX Studio & Minority Studio. kemudian proses mixing di bantu penuh oleh mas Gotre (White House Studio Jogja). pada awal januari proses rekamanpun selesai. AMTENAR yang di Manajeri oleh FIRADZ PARISKA melahirkan 8 lagu yaitu Stay With Your Love, Kau dan Warnamu, Hiasi Langit Hatiku, La la la na na na, Love Love Love, Ayah, Senandung Cinta & Lombok I Love U yang siap menyapa para pendengar dan penyimak musik di Indonesia.

rasta melon

Rasta Melon

Musik adalah suatu bentuk dari apresiasi dan kreatifitas manusia yang bersifat universal sehingga, tidak dapat membatasi musik itu sendiri. Musik setidaknya mempuyai konsep yang jelas, serta di dalamnya terdapat ide – ide yang inovatif agar musik yang dibawakan tidak bersifat monoton. Demikianlah penuturan band reggae asal Surabaya, Rasta Melon ketika ditanyakan pendapat mereka soal musik.

Rasta Melon RASTA MELON berdiri sekitar pertengahan bulan November tahun 2006. Awalnya merupakan sekumpulan anak – anak muda yang ingin mengapresiasikan diri dengan bermain musik bersama dan berdiskusi tentang reggae. Meski band reggae masih tergolong minoritas menurut mereka, tapi mereka tetap memilih reggae, karena melalui reggae bisa mengajarkan kedamaian, kesederhanaan dan kebebasan.
Kiblat musik Rasta Melon pun bukan hanya Bob Marley saja. Mereka juga dipengaruhi oleh Katchafire, O Yaba, 311, The Police, UB-40, dan Big Mountain. Musisi reggae local pun tak kalah mempengaruhi musik yang mereka bawakan. Sebut saja Tony Q Rastafara, Imanez, Steven n Coconuttreez, Richard d’Gilis, Souljah, Gangstarasta juga turut mempengaruhi musik mereka.

Band ini terdiri dari Gopar a.k.a Ivan (vokal), Oty a.k.a Inem (vokal), Agus a.k.a  Mexs (bass), Yudi a.k.a  Hanz (gitar), Rokhim a.k.a  Ochim (perkusi electrik – jimbe – drum), Untung a.k.a Jambrok’z (drum – cajon – perkusi), Rudy a.k.a Ydur (keyboard). Mereka memang belum mempunyai album, tapi mereka telah merilis beberapa lagu, dengan lagu “Tertipu” sebagai hits single mereka.
Untuk mengetahui info lebih lanjut tentang band ini, silakan anda mengunjungi alamat manajemen mereka di Perum Delta Sari Baru, blok U – 483, Sidoarjo atau di ART Cafe, Brigjen Katamso, Rewwin, Sidoarjo. Bisa juga menghubungi Balung (085655113971). Sedangkan untuk dunia maya, anda bisa mengirim email keb4lun9ulus@yahoo.com. Atau bisa juga mengunjungi halaman Facebook mereka.

momonom

Momonon

Momonon dalam istilah orang tua jaman dahulu adalah hantu kecil yang biasa menakut-nakuti anak-anak, dan biasanya datang ketika matahari terbenam. Pada mulanya momonon hanyalah sekelompok anak muda kreatif (gara-gara kere jadi aktif), hiperaktif dengan gaya lucu dan apa adanya.


Momonon menurut pandangan kami adalah hantu kecil lucu yang akrab dengan anak-anak, kemudian kami mengubahnya dengan pandangan sumber kreatifitas. Terinspirasikan oleh musisi legendaris Jamaica yaitu Bob Marley sebagai arus utamanya pada awal 2004 Momonon membentuk band. Momonon bertekad terjun dalam bentang samudera musik Indonesia dengan Reggae sebagai genre andalannya dan dengan Reggae pula turut serta menyemai benih-benih kedamaian ke seluruh pelosok negeri sampai penjuru dunia.

Personel :
Resha - Vocal
Aji - Masih Vocal juga
Reo - Gitar 1
Bani - Gitar 2
Taminx - Bass
K-Lenx - Drum
Oment - Keyboard
Kodir, David, Eko - Team Percussi
Back Vokal - Puji (masih dalam tahap pencarian)

jamica

Jamica

Jamica Band adalah nama lama untuk musik Reggae di Jakarta ini. Band Reggae yang satu ini pernah merasakan pahit dan manis dalam perjalanan karir mereka. Jamica diambil dari kata Jakarta minggir kali dan menurut mereka ini melenceng jauh dari Jamaica (nama sebuah kota di Afrika).

Band ini memiliki 6 personel dimana dua personel telah berpulang karena menjadi korban musibah saat kejadian jebolnya Bendungan Situ Gintung pada 27 Maret 2009. Nama personel diantaranya adalah Dolly (vocal), Almarhum Sidik Permana (guitar), Almarhum Ariwibowo (bass), Piye (keyboard), Boyjamz (guitar), dan Dino (Drum). Meskipun tinggal 4 personel, Jamica Band akan tetap melanjutkan cita-cita mereka tersebut.


Pelantun "Follow Me You'll Be Happy" ini dalam waktu yang cukup lama setelah sepeninggal kedua personelnya, kini band tersebut mengeluarkan mini album mereka yang bertajuk "Reborn" dengan hits single "Lagu Cinta" yang merupakan ciptaan dari almarhum Sidik Permana pemain gitar Jamica Band. Dua lagu lainnya dalam album tersebut sempat menjadi original soundtrack dari film "Lost in Papua", yaitu "1111 (Seribu Seratus Sepuluh Satu)". Nayacom Mediatama mempercayakan kepada Jamica Band untuk membawakan lagu untuk original soundtrack film tersebut.

Beberapa waktu lalu Jamica membuat wadah bagi para penggemar Jamica Band, dengan sebutan Jembiyhood (persaudaraan Jamica). Lagu "Kumaha Sia" dan Jamica2 (Jangan Anggap mimpi ini cuma Angan-Angan) kami persembahkan khusus untuk para penggemar mereka yang begitu luar biasa, kecintaan dan kesetiaan para penggemar merupakan bahan bakar bagi Jamica Band dalam membuat karya lagu-lagu Jamica.


Download Lagu Jamica
JAMICA (Jangan Anggap Mimpi Cuma Angan-Angan)
Kumaha Sia
Lagu Cinta
Seribu Seratus Sepuluh Satu
Ost. Lost in Papua
Imunilove
Katakan Cinta
Crazy
Aci
Jakarta Minggir Kali
Rastavariana
Ugh
Terkutuk Cintamu
Pestanya Bubar

sejedewe

Sejedewe (After the Sunset)


After the Sunset sudah berganti nama menjadi Sejedewe. Sejedewe itu sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya “beda sendiri”. Kami resmi berganti nama menjadi "Sejedewe" tanggal 5 maret 2011 lalu. Semua ha-hal yang memfaktori agar kami cepat-cepat merubah nama itu karena hal-hal interen yang mungkin hanya personil dan orang-orang terdekat saja.


Sejedewe band indie reggae dari Tangerang yang alhamdulillah sudah hampir 2 setengah tahun berkecimpung di dunia musik, khususnya musik reggae. Damai, senang, tertawa, ceria, itu motifasi buat kita, beserta dayak-dayak ( seje’bob & seje’sis ) dan semua orang yang terlibat di dalam group ini.

Personel :
Ageng (upit) > vocal,
Fajar (pajoy) > lead guitar,
Pian (keyong) > rhytem guitar,
Risky (weka) > bass,
Alex (bimbim) > drum,
Diki dekiel ( additional player ) > keyboard,
Rival (beruk) > jimbe
Mario(losbak) > percussi
Wahyu (ipang) > manager

Nb : hal-hal yang berhubungan dengan adanya perubahan personil bisa terjadi dalam waktu yang tidak bisa ditentukan.

monkey boots

Monkey Boots

Band yang berasal dari Jakarta ini, memiliki base camp di bilangan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Mereka biasa memainkan musik dengan genre Rock Steady dan Ska. Berdirinya Monkey Boots berawal dari keinginan sekumpulan anak muda untuk membentuk sebuah band dengan genre musik Ska. Monkey Boots dipilih sebagai nama band dikarenakan menurut Dennny sang vokalis nama tersebut telah melekat pada figur band.

Band yang berdiri pada tahun 2004 ini, memiliki personil Denny, Edwin, Akbar, Adam, Renato, Reonaldo, Hadaru dan Indra. Sebenarnya hanya Handaru dan Edwin yang tersisa dari pendiri Monkey Boots, namun seiring berjalannya waktu bergabunglah beberapa personil yang lain hingga lengkap kembali.

Monkey Boots memiliki jam terbang yang tinggi, seperti sering tampil pada even-even kampus maupun dalam acara-acara scooter. Merekapun menjadi salah satu band yang tampil pada acara Reggae terbesar se-Asia Tenggara yaitu Indonesia Reggae Fest 2011.

Dalam jangka waktu dekat, Monkey Boots akan memecah telurkan sebuah album yang bertajuk Big Monkey. Sebenarnya materi album tersebut sudah selesai sejak lama, namun belum dirilis. Teman-teman Monkey Boots memiliki visi bahwa pada bulan September 2011 bila tidak ada kendala sudah dapat mengeluarkan album.

Album yang akan launching ini memiliki 10 lagu karya mereka sendiri, yang memiliki judul lagu Big Monkey, Rockin You Steady, Tundukan Hatimu, Fallin, Tunggulah Tunggu, Maka Terseyumlah, Indah Pada Waktunya, Coba Kau Rasa, Sederhana Banyak Cinta dan Luangkan Waktu. Monkey Boots sendiri sudah tergabung dalam sebuah label yaitu 267Record, label tersebut yang membantu Monkey Boots untuk menyelesaikan album mereka.

Harapan Monkey Boots adalah dapat merealisasikan cita-cita bersama yaitu memecah telurkan album perdana mereka, selain itu juga mereka berharap agar dapat tetap melompat dan berayun di belantika musik Indonesia khususnya. Yang memiliki makna tetap bisa berkarya dan menghasilkan karya-karya yang bisa diterima dan dinikmati rakyat Reggae Indonesia dan bisa semakin melebarkan sayap dibelantika musik Indonesia khususnya.

Deni sang vokalis juga berpesan kepada teman-teman band Ska dan Reggae yang lain, bahwa jangan pernah berhenti berkarya, biarkan orang tidak menganggap musik kita akan tetapi kita jangan pernah takut untuk tetap terus berkarya. Menurut Denny musik Reggae adalah musik perdamain yang tercermin di dalam lirik-liriknya yang mengajarkan dan menyampaikan kedamaian. Sukses untuk Monkey Boots! [d.e.p/a.h.khalidi]

PERSONIL
Denny : Vokal
Edwin : Terompet
Akbar : Gitar
Adam : Gitar
Renato : Trombon
Reonaldo : Saksofon
Handaru : Drum
Indra : Bass

BASE CAMP
Jln. Panjang No. 333 Wisma Relasi Kebon Jeruk, Jakarta Barat

mbah surip

Biografi Mbah Surip. Penyanyi berambut gimbal ini dilahirkan pada tanggal 5 Mei 1949 di Mojokerto Jawa Timur. Dilahirkan dengan nama Urip Ariyanto. Saat ini Mbah Surip berstatus duda dengan empat anak dan sekaligus juga sebagai kakek dengan empat cucu. Menurut pengakuannya Mbah Surip termasuk orang yang senang sekolah, Mbah Surip memiliki ijazah SMP, ST, SMEA, STM, Drs. sama insinyur dan MBA. Selain sebagai penyanyi, Mbah SUrip pernah merasakan pengalaman bekerja di bidang pengeboran minyak, tambang berlian, emas, dan lain-lain bahkan pernah bekerja di luar negeri seperti Kanada, Texas, Yordania dan California

Namun Merasa nasibnya kurang baik, Mbah Surip mencoba peruntungan dengan pergi ke Jakarta. Di Ibukota Jakarta, ia bergabung dengan beberapa komunitas seni seperti Teguh Karya, Aquila, Bulungan, dan Taman Ismail Marzuki. Pada suatu waktu, nasib menentukan lain. Mbah Surip mendapat kesempatan untuk rekaman dan akhirnya meraih kesuksesan seperti sekarang. Dalam perjalanan musiknya Mbah Surip telah mengeluarkan beberapa album musik. Album rekamannya dimulai dari tahun 1997 diantaranya :
  1. Ijo Royo-royo (1997),
  2. Indonesia I (1998),
  3. Reformasi (1998),
  4. Tak Gendong (2003),
  5. Barang Baru (2004).
Namun ternyata lagu Tak Gendong diciptakan pada tahun 1983 saat Mbah Surip masihbekerja di Amerika Serikat. Menurutnya Filosofi dari lagu ini yaitu Belajar salah itu, yang digendong ya siapa saja, entah baik, galak, nakal, atau jahat. Seperti bus, nggak peduli penumpangnya, entah itu copet, gelandangan, pekerja, ya siapa saja. Sebab, menggendong itu belajar salah. Mbah Surip tampil juga lewat video klip “Witing Trisno” karangan Tony Q Rastafara di MTV. Ciri khas dari setiap aksinya di panggung musik yaitu selalu ditemani “Gitar Kopong” nya, menyanyi dengan sangat relax dan nyanyi “ngalor-ngidul” dengan gaya-nya yang khas, kocak, gila, dan bebas ekspresi.

Karakter inilah yang membuat Emha Ainun Najib atau Cak Nun sering menggambarkan sosok Mbah Surip adalah gambaran “Manusia Indonesia Sejati” yang tidak pernah merasa susah, tidak pernah gelisah, tidak pernah sedih dan selalu tertawa, meskipun seringkali di ledek orang Mbah Surip tetap saja tertawa tidak pernah dendam, atau membalas ledekan tersebut. Bahkan terkadang Mbah Surip bingung untuk pulang karena kehabisan ongkos. Hasilnya Mbah Surip mengejawantahkan kesusahannya dalam sebuah lagu “minta ongkos pulang”. Dalam lagu tersebut Mbah Surip bercerita tentang pacarnya, meskipun kita ragu kalau Mbah Surip pernah berpacaran.

steven jam

Biografi Steven Jam - Lorong Musik

Biografi Steven Jam - Stevan Nugraha Kaligis (lahir di Pekan baru, 3 januari 1975) adalah penyanyi reggae Indonesia asal Jakarta yang dikenal dengan nama musisi Tepenk atau biasa di panggil Steven, yaitu mantan vokalis dari Steven N coconut Trees.

Ketika masih di bangku sekolah dasar, ternyata Steven sudah mengenal musik Reggae. Hal itu didapat dari pamannya yang memang senang dengan musik Reggae. Hampir setiap pagi, pamannya selalu menikmati lagu-lagu Bob Marley dan secara tak langsung juga didengar oleh Tepenk, panggilan akrab Steven. 



Kehidupan di masa kecil itulah yang menginspirasi Steven bermain musik Reggae hingga saat ini. Meski pada masa awal ia hadir di ranah permusikan Indonesia, penikmat musik di tanah air kebanyakan mengenalnya sebagai Steven Scope, vokalis Band yang bergenre punk alternatif. Waktu itu rambutnya gimbal lebat dan agak panjang. Gaya dan penampilan yang sama seperti saat Reggae Indonesia bertemu di kawasan Jakarta Barat untuk ngobrol-ngobrol. 

Pria kelahiran Pekan baru, 3 januari 1975 ini mulai bermain musik saat ia masih duduk di bangku SMP. Steven sempat memainkan musik metal sampai ia duduk di bangku SMA . Karena memang di zaman itu, tepatnya di tahun 1992 musik jenis Thrash Metal sangat digandrungi oleh kaum muda. Bahkan bisa dibilang eksistensi dari musik tersebut mendominasi perhelatan musik di tanah air. ”Jadi emang dasarnya gue udah suka Reggae. Cuma waktu itu menjelang gue main band sudah smp. Terus menjelang ke SMA gue cari tandem Reggae, yang main Reggae itu susah banget. Terus pas gue lagi SMA itu kan lagi gila-gilanya trash metal”, Steven menegaskan.

Tepenk baru menemukan tandem untuk bermain Reggae ketika menginjak dunia kampus. Namun tak lantas ia meninggalkan musik berjenis metal, suara distorsi sepertinya sudah kadung melekat dan sulit untuk ditinggalkan begitu saja. Sekadar catatan, Steven pernah berkuliah namun tidak sampai tamat di dua kampus berbeda.

Steven mengakui hanya dua sound yang paling disukainya di dunia ini, Reggae dan distortion, dua hal yang sebenarnya bertolak belakang, tetapi itulah Steven. Tipikal anak muda yang sepertinya memang senang bereksplorasi. Ia mengombinasi keduanya. Dan hasilnya adalah alternative punk, yang diusung sama-sama dalam sebuah band alternative yang dilabeli dengan nama Scope. Band yang mengawali debut Steven di belantika musik tanah air.

Di setiap album Scope dipaksakan agar terdapat sound Reggae. Sehingga ia punya kesempatan untuk berkolaborasi. ”Gue punya 3 album sama Scope. Jadi punya kesempatan kolaborasi itu justru di Scope. Album yang ke-2 sama Tony Q Rastafara. Terus yang ke-3 sama Almarhum Imanez. Jadi setiap album itu ada satu lagu yang gue paksain untuk mainin Reggae”, demikian Steven menjelaskan album yang sudah dikeluarkan bersama Band Scope.

Selain Bob Marley, Steven punya orang-orang dari negeri sendiri yang cukup memberikan inspirasi pada dirinya dalam memainkan musik Reggae. Orang-orang tersebut adalah musisi Reggae yang pernah berkolaborasi bersamanya dalam membawakan lagu Reggae, Almarhum Imanez dan Tony Q Rastafara.

Imanez menurutnya adalah sosok pemusik yang dapat mengombinasikan bagaimana Reggae dapat diterima di telinga orang-orang Indonesia. Menurut Steven, Almarhum Imanez dapat memainkan Reggae dengan gayanya. Sementara Tony Q Rastafara mengajarkannya banyak hal tentang bagaimana untuk dapat bertahan dan konsisten terus di jalurnya, khususnya musik Reggae. Steven memiliki kekaguman tersendiri terhadap Tony Q Rastafara yang hingga saat ini sudah hampir 22 tahun bermain Reggae dan masih tetap bertahan. Meskipun tidak terlalu melesak dibandingkan musik-musik yang sedang tren, menurut Steven, Tony Q Rastafara mampu “menularkan virus” musik Reggae di Indonesia. Menurut kesaksian Steven, jika dibandingkan dengan masa-masa dulu, saat ini musik Reggae sudah ada di hati para penggemarnya. 

Sedangkan untuk pemusik mancanegara, selain menyukai Bob Marley, Steven juga suka Big Mountain dan Three Eleven (311). “Walaupun 311 tidak memainkan musik Reggae tapi beberapa lagunya cukup asyik untuk didengar”, demikian Steven menegaskan. Termasuk seperti Black Uhuru dan Freddie McGregor, ia juga menyukainya. 

Keinginan yang besar untuk membuat album Reggae sendiri ia wujudkan dengan merilis album solonya yang bertajuk The Other Side. Itulah yang menjadi album pertama Steven yang juga tidak terlepas dari campur tangan dingin Tony Q Rastafara, Ikon Musik Reggae di Indonesia, yang membantu dalam proses pembuatan album pertamanya. 

Meski demikian Steven juga tidak terlepas dari persoalan pasar, di mana Reggae masih sangat sulit untuk menembus industri musik tanah air. Ia harus jungkir balik menawarkan albumnya ke label-label industri musik untuk mencoba menembus pasar dan melawan genre yang sedang populer di Indonesia. Menurutnya, saat itu industri musik Indonesia sangat underestimate, sehingga meremehkan keberadaan musik Reggae.

Dengan keluarnya album The Other Side, ternyata Steven mampu memutarbalikkan anggapan pasar industri musik di tanah air. Singel berbahasa Inggris sebagai hits andalan di album itu, Welcome To My Paradise, mampu menggebrak pasar industri musik di tanah air. Dengan sedikit merendah, Steven menyebut hal ini dengan pemantik bagi Musik Reggae di Indonesia.

Pertarungan yang keras tidak mematahkan semangatnya untuk terus bermain musik Reggae. Hingga akhirnya Steven bisa menelurkan album keduanya. Meski menurutnya band di mana tempat dia berkarya bisa dibilang ilegal karena tidak punya kontrak dengan perusahaan manapun. Kebersamaannya dengan personil Band Steven & Coconuttreez tidak dibangun di atas secarik kertas atau ikatan kontrak. Intensitas dalam keseharian bersama grupnya telah membentuk ikatan moral yang diyakininya lebih kuat dari kekuatan apapun. Steven menyebut hubungan itu dengan kata gentlemen agreement.

Album perdananya di tahun 2005, The Other Side ditegaskan Steven adalah sebagai sebuah album solo dengan nama Steven & Coconuttreezz. Kesepakatan untuk mengganti Steven & Coconuttrezz dari solo menjadi sebuah band justru baru diwujudkan pada tahun 2006. Di saat mengeluarkan album keduanya. Hingga kini Steven & Coconuttreez sudah memiliki tiga buah album. Sebagai album yang paling terakhir bertajuk Good Atmosphere.

Steven memastikan bahwa sampai saat ini Band Steven & Coconuttreez masih ada. Hanya saja sedang break untuk sementara waktu. ”Sedang refresh”, begitu Steven menggambarkan. Beberapa personilnya sedang mencoba untuk membuat solo album. Ketika ditanyakan kapan Steven & Coconuttreez akan kembali, Steven menerangkan ”Belum tau kapan kumpul lagi. Waktunya refresh itu kan biasa dalam berkesenian. Refresh itu sangat tergantung pada mood, masing-masing tunggu mood-nya pas. Dan menurut feeling gue, pasti ada kangennya. Saat rasa kangen itu datang, kan enak tuh! Kalaupun dipaksakan, misalnya tahun depan, iya kalau mood-nya sudah bagus. Kalau belum bagus, juga gak bakalan menghasilkan apa-apa”.

Reggae sebagai musik yang awalnya dianggap bagian dari dunia kelam dan minoritas, bahkan major label memandang remeh karena dianggap tidak membawa keuntungan finansial, tiba-tiba terbang ke udara dan menciptakan suasana pertemanan. Musik ini juga menyampaikan cukup kritik, bercerita sesuatu yang berada di sekitar dunia sosial kita dengan cukup santun dan mudah didengarkan. Semua orang bisa berdendang dan ikut berdansa. 

Seketika pikiran kebanyakan orang menjadi terbuka, setidaknya membuka mata dan lebih jauh merasakan kedahsyatan musik yang terlahir dari Negara Jamaika ini. Reggae meng-influence di kehidupan masyarakat Indonesia. Walaupun tidak menciptakan ledakan namun banyak sudah yang merasakan, adanya daya tersendiri dari musik Reggae dan komunitas yang menjadi bagiannya.
Steven yakin semua terjadi memang karena sudah ada kerja-kerja dan karya yang dilakukan orang di waktu-waktu sebelumnya. Itu sebab kenapa ia menolak disebut sebagai pelopor Reggae di Indonesia. 

Secara jujur Steven mengakui, bahwa ia tidak menginginkan adanya ledakan yang sangat dahsyat dalam musik Reggae di Indonesia. Kecenderungan tren musik di Indonesia diilustrasikan Steven seperti bunyi ledakan yang mudah hilang. Menurutnya Indonesia memiliki standar tren musik yang mudah berubah-ubah. Ketika Indonesia sedang dilanda musik indie, maka para musisi dan penggemar musik di Indonesia akan menggandrungi indie. Tapi begitu trennya berganti haluan menjadi pop, sedikit demi sedikit kebanyakan dari mereka akan menepi ke pop. ”Sekarang trennya mungkin agak lama, terus yang seragam sekarang ini sedang mengekspos cinta-cintaan”, begitu Steven menjelaskan. 

Sedangkan dalam musik Reggae di Indonesia hal itu tidak akan terjadi. Steven menegaskan, ”Reggae setidaknya memiliki line tersendiri”. Karena Reggae di Indonesia kuat pada tataran komunitas. Komunitas yang fanatik dalam musik Reggae tidak akan terpengaruh terhadap kecenderungan tren yang ada. 

Bob Marley dipastikan tetap mengispirasi dalam setiap album yang digarap Steven, namun bukan berarti hal itu menjadikan ia sebagai Marley centris. Menurut Steven, kebanyakan namun bukan suatu kesalahan, banyak band Reggae baru di Indonesia yang terlalu Marley centris. ”Mau jadi Bob Marley? ngedeketin (menyamakan-RI) aja susah. Sekarang mereka memang bisa mirip Marley pada akhirnya, kasarnya seperti mukjizat. Tapi kan orang mendingan dengar Bob Marley. Mereka cuma mirip doang, mending mereka dengar aslinya (Bob Marley-RI)”, begitu Steven menceritakan. 

Steven mengharapkan band-band Reggae Indonesia yang ada sekarang ini untuk bermain lebih jujur, untuk mengeluarkan semua yang dimiliki. Sehingga akan dihasilkan musik yang lebih orisinil. Kalaupun dianggap tidak orisinil dalam genrenya, setidaknya orisinil dalam style-nya.

Pria yang pernah mengamen di kawasan Bulungan, Jakarta selama 2 tahun ini menjelaskan bahwa ia mengadaptasi Bob Marley hanya sebatas pada spirit dan proses bermusiknya, dalam hal musikalitas belaka. Tapi kalau bicara masalah kepercayaan, ia tidak mengikuti apa yang telah Bob Marley lakukan, yaitu mengikuti Ajaran Rastafarian. Dikarenakan ia akan tetap memeluk agama yang sudah dianutnya sejak lahir. Dengan tegas ia mengatakan, ”Bagi gue, Marley bukan nabi”.

Steven menjelaskan bahwa dalam keseharian, kultur, dan jaman sekarang ini sudah berbeda dengan apa yang dialami Bob Marley saat ia bermain musik. ”Jamannya Reggae, jamannya Bob Marley itu lagi revolusi. Sedangkan gue, kasarnya jamannya lagi survive. Jamannya sudah beda. Itu akhirnya berpengaruh ke lirik-lirik yang gue bikin”, Steven menambahkan. 

Ia menegaskan bahwa nuansa musikalitas dalam Steven Jam akan terdengar berbeda dengan apa yang sudah ada dalam band terdahulunya, Steven & Coconuttreez. Dalam album terbarunya, Feel The Vibration, Masyarakat Reggae Indonesia akan mendengarkan campuran dua sound yang berbeda, distorsi dan Reggae. Ditambah pola-pola brass section yang akan banyak diperdengarkan dalam album Steven Jam. Kebanyakan lriik dalam album ini lebih ke arah sosial sehingga akan dikurangi pada porsi politik. Karena menurutnya sudah ada Iwan fals dan Slank yang mewakili itu. 

Ketidaktertarikan Steven mengeksplorasi lirik-lirik politik disebabkan anggapan bahwa sudah banyak ”orang pintar” yang berbicara mengenai politik. ”Maraknya demo di jalan yang jelas-jelas bernuansa politik saja tidak didengar, apalagi gue. Gue mungkin perlu proses untuk itu. Orang yang dengar Reggae kan sedikit, apa mungkin Reggae juga akan didengar oleh mereka yang sudah duduk di kursi yang enak?”, begitu Steven berpendapat. 

Steven ingin Reggae di Indonesia tidak menjadi kotak, kelihatan seperti terdapat ruh. Masih menurutnya, sebaiknya Reggae itu bisa dikombinasikan dengan sound dan genre musik-musik yang lain biar tidak monoton.



Dalam Steven Jam, mayoritas diperkuat oleh addtional player. Di samping itu Steven juga tetap menggandeng Teguh (Tege Dreads-RI), teman lamanya dalam Band Steven & Coconuttreez.


Pada tahun 2010 Steven Jam berhasil merilis album debut solo yang diberi judul "Feel The Vibration". Dalam album ini yang menjadi single pertamanya adalah lagu berjudul "Sangat Menyenangkan" yang berkisah mengenai semangat untuk memperoleh sesuatu yang telah hilang.


Album produksi perusahaan rekaman 267 Musikindo itu menampilkan 11 lagu baru karya vokalis berambut gimbal itu. Proses pengerjaannya memakan waktu 6 bulan, Lagu-lagunya berkisah tentang tema seputar keseharian, sosial, dan cinta.


Album solo steven "Feel the Vibration" juga dibantu oleh beberapa musisi reggae lain diantaranya adalah , Iyus Rastafara, lyek , Getto, Aco, Teguh Coconutreez, Indha, Boy, Denny Monkey boots,.Egi Tipe X, Anto tipe X, Ewin Kunci, Ondit, Aksa Pasukan 5 Jari, Nyonyo Marjinal,. Edwin Monkey Boots, Dony Boys n Roots, Erick May, Rama BB dimana Proses tracking dan mixing dilaksanakan di 267 studio.


Setelah cukup lama, akhirnya ditahun 2017 membuktikan eksistensinya dengan merilis album solo kedua bertajuk "Penawar Rindu". Dalam album “Penawar Rindu” Steven Jam menawarkan sesuatu yang baru di industri musik Indonesia dengan dua album dan dua tema dalam satu kemasan. Steven Jam menganjak banyak musisi reggae maupun non reggae untuk berkolaburasi sehingga membuat warna lagu, image, identitas album dan aransemen lagu memiliki konsep yang lebih kaya warna.


Album solo kedua berjudul “Penawar Rindu” dengan konsep double album merupakan persembahan Steven Jam untuk mengobati kerinduan para pecinta musik di tanah air Indonesia khususnya para pecinta musik reggae yang sudah lebih dari 5 tahun menunggu karya terbaru dari Steven Jam


Berkonsep “Reggae Open Mind” dengan berisikan 18 lagu dalam album “Penawar Rindu” merupakan bukti eksistensi keseriusan Steven Jam dalam tetap berkarya di industri musik reggae Indonesia

momonom

Momonon Momonon dalam istilah orang tua jaman dahulu adalah hantu kecil yang biasa menakut-nakuti anak-anak, dan biasanya datang k...